Wednesday, 15 October 2014

Apa yang Salah dengan Kepala Perpustakaan dan Arsip?


Dari artikel saya di kompasiana tanggal 21 Februari 2013


Kehebohan mengenai kepala perpustakaan dan arsip mulai mencuat hebat setelah Gubernur DKI Jokowi menempatkan mantan Walikota Jakarta Selatan, Anas Efendi, sebagai Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta. Asumsi dan komentar dari berbagai kalangan terus berdatangan. Komentar yang menurut saya adalah paling buruk dan paling tidak cerdas adalah pernyataan bahwa penempatan itu merupakan kebijakan Gubernur Jokowi untuk membuang dan menurunkan jabatan Anas Efendi, hingga pernyataan bahwa Anas Efendi sudah dimasukkan kotak oleh Gubernur Jokowi.

Program besar utama Gubernur Jokowi dalam membangun Jakarta Baru adalah di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat (termasuk program untuk mengatasi banjir dan macet). Ketika kita berbicara mengenai peningkatan kualitas pendidikan, perpustakaan merupakan suatu hal yang sangat penting dan utama dalam menunjang keberhasilan program tersebut. Perpustakaan merupakan tempat pembelajaran utama penunjang keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan. Perpustakaan diharapkan menjadi tempat masyarakat berkumpul untuk meminjam dan membaca buku dan film, berdiskusi ilmiah, dan salah satu tempat ajang kreatifitas masyarakat untuk membangun masyarakat berbudaya, berpendidikan, dan cerdas. Dengan menjadi berpendidikan dan cerdas, maka masyarakat akan mempunyai daya yang lebih tinggi untuk mensejahterakan diri sendiri dan keluarga.

Saya saat ini kebetulan sedang menetap untuk sementara waktu di sebuah kota di Negara Kangguru. Di sini perpustakaan merupakan tempat yang wajib dikunjungi dan dimanfaatkan oleh seluruh warga baik penduduk asli maupun pendatang. Saat saya pertama kali datang ke kota ini satu tahun yang lalu, tempat pertama yang ditunjukkan oleh teman saya adalah perpustakaan kota. Disini saya disarankan untuk menjadi anggota sehingga dapat menikmati membaca sebanyak-banyaknya buku dan film-film yang tersedia di sana secara gratis. Berbagai kelebihan perpustakaan kota ini adalah menyediakan buku-buku dan film-film yang diperuntukkan untuk berbagai bidang keilmua, beragam topik dan kelompok buku atau film untuk berbagai ragam usia yang berbeda mulai balita hingga orang tua, dapat meminjam dalam jumlah banyak, dapat mengakses katalog secara online, dapat melakukan pemesanan buku atau film yang hendak dipinjam secara online sehingga ketika datang tinggal mengambil di meja petugas, serta dapat meminjam perpustakaan kota dari kota lain dengan cara memesan secara online dan pengiriman buku ke kota kami ini dilayani secara gratis. Selain sistem online yang terbangun secara apik dan terstruktur, pengelolaan secara professional dan bersifat melayani masyarakat juga menjadi faktor penting yang membuat orang berbondong-bondong ke perpustakaan kota ini. Perpustakaan kota ini tidak pernah sepi dari pengunjung, bahkan cenderung ramai saat hari sabtu.

Perpustakaan kota ini juga berperan penting dalam kampanye gemar membaca pada anak-anak sekolah dasar hingga menengah. Kampanye dilakukan dengan mengadakan program ‘tantangan membaca’ sejumlah buku dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Misalnya tahun lalu karena anak saya baru kelas 1 SD, dia diberi waktu untuk membaca sepuluh buku selama dua bulan.  Anak diberi kebebasan menentukan buku yang hendak dibaca. Anak-anak diberi logbook yang harus diisi oleh orangtua mengenai judul buku yang telah dibaca dan bagaimana penilaian isi buku tersebut oleh si anak, dan kemudian diketahui oleh guru kelas dengan cara penempatan stiker kecil di setiap satu judul buku yang telah dibaca di logbook tersebut. Kemudian logbook yang telah penuh terisi diserahkan oleh sekolah ke perpustakaan kota dan kemudian anak diberi sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh kepala daerah setempat. Kegiatan ‘tantangan membaca’ ini ternyata sangat efektif sebagai proses pembelajaran gemar membaca bagi anak-anak. Daya tarik utama untuk anak saya dalam mengikuti ‘reading challenge’ ini adalah stiker dengan tulisan ‘well done’ yang akan ditempelkan oleh guru kelasnya setiap dia selesai membaca satu buku dan pemberian sertifikat. Dua hal sederhana yang dapat menumbuhkan rasa bangga atas prestasinya karena telah menyelesaikan membaca sebuah buku.

Dengan demikian penunjukan Anas Efendi menjadi Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta justru merupakan promosi jabatan dan naik pangkat. Karena dengan  demikian Gubernur Jokowi telah menempatkan Anas Efendi sebagai ujung tombak perubahan Jakarta Baru di bidang pendidikan. Sekarang bola ada ditangan Anas Efendi, apakah dia akan dapat memenuhi tantangan Gubernur Jokowi sebagai salah satu ujung tombak pembangunan menuju Jakarta baru dengan cara bekerja keras dengan sebaik-baiknya atau justru menolaknya karena pemikiran yang salah dan keliru.

No comments:

Post a Comment