Wednesday, 15 October 2014

Bedah Kampong DKI Jakarta ala Jokowi dan Ahok



Saat in Pemprov DKI Jakarta sedang berusaha merealisasikan program bedah kampong di daerah pemukiman padat dan kumuh yang banyak tersebar di DKI Jakarta. Menurut saya, ada satu ide yang sangat menarik dari program bedah kampong ini yaitu pembangunan yang berbasis kampong dan bukan pembangunan berbasiskan pembangunan sebuah kompleks rumah susun atau apartemen. Seperti yang sudah sering kita ketahui bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih menolak untuk tinggal di rumah susun. Sehingga dengan design berbasis kampong ini maka problem resistansi masyarakat yang menolak untuk direlokasi bahkan menolak kampungnya dibedah dengan alasan tidak mau apabila harus tinggal di rumah susun dapat diatasi.

Saya mencoba untuk sekedar urun ide. Ide ini sebenarnya bukan ide original saya, tapi didasarkan atas hasil pengamatan saya atas suatu wilayah pemukiman di selatan kota Munich, Jerman; dengan beberapa modifikasi hasil dari angan-angan saya setelah disesuaikan dengan keterbatasan lahan yang ada di Jakarta. Mungkin pak Jokowi sudah punya design seperti ini, karena pak Jokowi sudah sering wirawiri ke beberapa negara di Eropa. Sehingga kalau Pak Jokowi sudah mempunyai design seperti ini, paling tidak ide saya ini bukan ide yang buruk, karena idenya sama dengan ide Pak Jokowi. (:-D)



Design pembangunan berbasiskan kampong ini adalah pembangunan rumah bertingkat tiga atau empat dengan masing-masing lantai terdiri dari dua hunian. Sehingga dalam satu bangunan rumah akan terdapat 6-8 hunian untuk 6-8 keluarga. Masing-masing hunian bisa berukuran 36-45m2, dengan design interior yang nyaman bagi penghuninya. Pada masing-masing hunian dilengkapi dengan balkon tempat penghuni dapat menjemur baju dan sekedar bersantai. Sekedar ilustrasi saya lengkapi dengan gambar skematik. Warna biru adalah lobi tempat tangga bersama terdapat, sehingga untuk satu rumah hanya terdapat satu tangga bersama. Jarak antar rumah satu dengan lainnya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan, apakah hanya sekedar sebagai jalan bagi pejalan kaki atau sekedar area hijau atau sekaligus selain jalan dan juga dapat dipergunakan untuk menanam tanaman. Selain itu ada jalan kampong di antara dua deretan rumah (warga abu-abu dalam sketsa). Di dalam kampong ini dapat dibangun pula gedung perpustakaan kampong plus gedung pertemuan warga dalam satu gedung, dan dilengkapi dengan taman sebagai tempat sarana bersama untuk bermain bagi anak-anak dan tempat bersantai bersama bagi warga. Tapi sayang, saya bukan seorang arsitek ataupun pemborong, jadi saya tidak tahu berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah dengan 6-8 hunian seperti itu.

No comments:

Post a Comment