Thursday, 16 October 2014

Karena Tank Leopard, saya dibully di medsos

Untuk pertamakalinya saya merasakan dibully dan diolok-olok di sebuah medsos karena hasil pemikiran saya. Alhamdullilah, saya diberi karunia oleh Allah swt. untuk merasakan bagaimana para selebriti dan pejabat negara tersebut dibully beramai-ramai di medsos. (:D big smile). Menjadi salah satu proses pembelajaran dan proses pelatihan untuk saya untuk menapaki langkah hidup saya selanjutnya. Siapa yang akan tahu dimasa depan nanti, karena semua rencana itu milik Allah swt. (:D a very big smile).

Kejadian tersebut bermula ketika secara tidak sengaja saya mengklik berita tentang Presiden Habibi yang mengkomentari tentang tank Leopard. Link tersebut tidak sengaja saya dapat dari share berita yang muncul di feed line Facebook saya. Link tersebut adalah: http://news.liputan6.com/read/2028318/habibie-kritik-pembelian-tank-leopard. Sementara beberapa hari ini, banyak sekali yang sedang membully pak Jokowi terkait dengan pernyataan beliau saat debat capres dahulu dengan adanya pameran tank Leopard jalan-jalan di kota Surabaya dan Yogyakarta. Saya kemudian berpikir untuk membagikannya di wall pribadi Facebook saya, dengan tujuan memberikan informasi bahwa ternyata pendapat pak Jokowi tersebut didukung oleh salah seorang mantan presiden Indonesia yang paling genius dan pemegang hak paten yang cukup banyak. Jadi itu tujuan saya membagi artikel tersebut. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk berdebat mengenai ilmu fisika tentang gaya tekan vs luas penampang vs daya rusak tekanan vs tank speed vs daya beban tank vs gaya lurus vs kemampuan daya tembak vs economic value vs military value vs bla bla bla. Ataukah berdebat tentang tank-tank an, karena ini bukan area of study saya sejak saya SMA hingga saat ini.

Sebelum share ke wall, saya menulis kata pengantar (kuranglebih kata pengantar saya (saya sudah menghapus thread tersebut) adalah: “Ada saja orang-orang yang masih mengolok-olok pak Jokowi dengan pendapatnya mengenai tank Leopard ini dan bertanya-tanya siapa pembisik pak Jokowi hingga pak Jokowi mengeluarkan pendapat tentang tank Leopard yang tidak cocok di Indonesia, TERNYATA , salah seorang pembisik beliau adalah Pak Habibi, mantan presiden Indonesia yang sangat genius, pemegang hak paten yang sangat banyak, dan jujur. Satu lagi, menurut saya, ketika ada musuh datang, pastinya musuh itu akan masuk melalui jalur pantai selatan Jawa, sepanjang pantai selatan NTB dan NTT, utara Kalimantan, utara Maluku, atau utara Papua. Apalagi sudah terbukti kalau ada pangkalan militer di Darwin Australia dan Philippine. Sementra infrastuktur di jalur selatan Jawa, contohlah Tasikmalaya, Indramayu dan Garut masih sangat belum terbangun dengan baik. Musuh tidak akan masuk dari pantai utara Jawa, di area yang infrastrukturnya sudah terbangun dengan baik, karena itu namanya bukan menginvasi tetapi kunjungan persahabatan.”

Tapi entah mengapa kemudian saya mengklik share to group bukan share to wall saya sendiri, dan entah kenapa kok yang saya pilih adalah sebuah group yang walaupun saya sudah jadi anggota sejak beberapa bulan lalu, saya jarang sekali aktif, paling baru sekitar lima atau tujuh kali menuliskan komen saya atas tiga atau empat threads yang berbeda. Dan komen-komen saya itupun hanya berlalu laksana angin, tidak ada yang tertarik untuk menanggapi lebih jauh. Satu lagi, saya waktu itu ingin bergabung dengan group ini karena kisah-kisah kontroversial yang sering diceritakan oleh teman-teman alumni dari almamater saya tentang group ini. Bahkan saking tidak aktifnya, sebenarnya saya meng-off-kan notification dari group ini termasuk unfollow feed. Sementara kalau untuk group-group yang lain, saya hanya meng-off-kan notification saja. Jadi kalau mau tahu ada apa, saya langsung masuk ke group ini dan membaca sekilas isi-isinya. Ketidaksengajaan dan ketidakberpertimbangan saya untuk meng-share artikel tersebut ke group ini tersebut ternyata berbuah bully bagi saya. Alhamdulillah. Sesuatu banget deh buat saya, it is such an honour for me.

Sebenarnya setelah memposting artikel beserta pengantar dari saya tersebut, saya langsung melanjutkan pekerjaan saya dan meninggalkan computer saya untuk waktu yang cukup lama. Setelah beberapa jam kemudian, ternyata sudah banyak yang memberi komentar dengan terhubung ke ilmu fisika mengenal gaya tekan vs luas penampang tersebut. Tapi saya biarkan saja karena memang tujuan saya membagi artikel bukanlah untuk berdebat tentang hal tersebut. Bahkan banyak yang memberikan ‘like’ dan ada beberapa yang juga membaginya ke wall pribadi masing-masing dan dengan pengantar yang menyatakan persetujuannya dengan pendapat saya. Saya baru memberikan komentar ketika mulai ada yang justru mengolok-olok pak Habibi, yaitu agar tidak membully pak Habibi. Tetapi ternyata justru saya yang akhirnya yang dibully beramai-ramai oleh beberapa orang, dengan komentar-komentar yang mengatakan bahwa “saya yang justru membully pak Habibi karena sudah berpendapat tentang tank Leopard yang saya tidak tahu apa-apa tentang tank Leopard, dengan berlindung kepada pak Habibi”.

Pada mulanya, saya akan membiarkan saja komen-komen tersebut, seperti biasanya untuk mencari jawaban yang rasional dan dengan bahasa yang terstruktur baik. Tetapi tanpa ba bi bu (hehehhehe kan memang thread terbuka) ada seseorang yang langsung nimbrung tanpa ba bi bu lagi, langsung menuliskan komen berturut-turut yang menyerang pribadi saya, bukan lagi berkomentar tentang isi postingan awal saya, tetap justru menyerang saya secara pribadi, yang saat itu saya tangkap sebagai serangan karena beliau bermaksud untuk mengatakan bahwa saya adalah orang yang asal ngomong (saya merasa dibodoh-bodohkan), tidak paham tentang tank saja berlagak ahli tank, dan saya justru telah membully pak Habibi karena menjadikan pak Habibi sebagai tameng saya atas pendapat saya. Apabila kata-kata disampaikan dengan struktur bahasa yang baik dan tidak slengean, sebagaimana laiknya berkomunikasi dengan orang yang tidak kita kenal, barangkali tidak akan membuat saya tersinggung. Entah apa mungkin karena saya sedang sensitive karena PMS (hehhehe) atau memang saya seperti itu, yaitu saya merasa direndahkan dan saya merasa tdk dihargai oleh orang yang tdk saya kenal tetapi berkomunikasi dengan saya dengan mempergunakan stuktur dan gaya bahasa yang slengean. Atau mungkin dia menganggap sedang berkomunikasi dengan temannya sehingga menggunakan gaya komunikasi slengean seperti itu. Entah. Yang jelas saya tersinggung. Ketika saya sedang berusaha mengatur nafas, tiba-tiba datang komennya lagi, dan kemudian diakhir dengan panggilan oom. Lagi-lagi saya merasa direndahkan dan dihina dengan gaya slengeannya itu. Sehingga saya mengeluarkan komen “oh pantas kamu tidak sopan ke saya, ternyata kamu mengira saya oom-oom , apa kamu tidak baca juga nama saya?”

Eh lha dilalah kok ya dia kemudian mengkopi kata-kata saya tersebut, kemudian membuat thread baru dengan disertai komentar, bahwa panggilan di depan nama tersebut tidaklah penting dalam dunia virtual, dan tidak menunjukkan hormat atau tidak hormatnya kita kepada orang lain, hanya orang-orang yang gila hormat sajalah yang masih menanggap itu penting. Komentar kmdn ramai dengan komen2 yang lainnya, terutama ditimpali oleh seorang wanita bernama Jepang dan sepertinya salah seorang yang amat penting di sebuah departemen pemerintah Indonesia, dengan komentar yang slengean (istilah mereka adalah koplak) dan si wanita bernama Jepang tersebut memberi saya julukan ahli tank (J big smile). Beberapa komen menunjukkan bahwa mereka mempercayai isi thread tsb bahwa saya hanya seseorang yang gila hormat dan panggilan didepan nama sesuatu yang penting untuk saya. Mungkin mereka tidak membaca thread saya sebelumnya sehingga tidak tahu apa yang telah terjadi. Atau mungkin juga gaya bahasa saya sulit mereka pahami, karena dengan kata-kata saya tersebut berarti sudah jelas bahwa, saya mengatakan seseorang itu tidak sopan ke saya karena seseorang tersebut mengira saya adalah oom-oom. Karena biasanya seorang pria akan berlaku sopan dan bertutur sopan kepada seorang wanita. Amat jarang teman-teman pria saya yang tidak sopan dan bertutur slengean kepada wanita. Kecuali memang wanitanya tipe yang slengean pula.

{Memang mereka tidak tahu bahwa saya saat ini bertempat tinggal di Australia, disini jangankan sesama teman, anak kecil umur 3 tahun pun akan memanggil saya hanya dengan nama saya saja, tanpa embel-embel apapun. Saya memanggil professor saya juga hanya dengan namanya saja, tanpa ada embel-embel pak atau mister atau prof.}

Komen sudah masuk puluhan komen, baru kemudian saya muncul dengan komen nomer 1. Dan kemudian keesokan harinya baru saya muncul lagi dengan komen nomer 2 sd 4. Sebenarnya setelah komen nomer 2, si pembuat thread tersebut bermaksud untuk mengajak lagi saya berdebat, tetapi saya sangat terburu-buru untuk melanjutkan riset saya di lab (karena minggu depan saya harus ke New Zealand untuk mempresentasikan hasil riset saya di sebuah international conference di sana), dan ini jauh lebih penting daripada menganggapi diskusi yang pasti hanya debat kusir tdk terarah, tidak berguna untuk saya, dan pasti akan menyerang personal yang saya tidak suka dan hanya akan membuat saya tersinggung lagi; sehingga saya memilih untuk tidak menganggapinya. Komen-komen ini saya kopi dari log di timeline saya.





Tapi terlepas dari perdebatan yang tidak ada gunanya dari dua thread tersebut, thread awal saya yang tentang pak Habibi MAUPUN thread panggilan di depan nama yang sebenarnya salah paham dengan gaya bertutur saya sehingga mengambil kesimpulan yang keliru; ada satu komen dari seorang wanita yang sangat menarik untuk saya dan tidak mudah saya lupakan, setelah saya lihat profilnya adalah seorang dokter wanita yang sudah berusia di atas saya,. Setelah komen ke 4 saya tadi, dia menuliskan bahwa saya perempuan galak dan si bapak pembuat thread dgn tuduhan saya gila hormat tersebut orang yang sabar masih mau meladeni saya. Hehehhehehe mungkin benar, mungkin bagi beberapa pembaca mengalami pertukaran identitas antara saya dan si bapak tsb. Sehingga setiap pembaca membaca komen dari saya maka yang muncul adalah oom-oom yang mengajak berdebat, membully orang, mengolok-olok orang lain; sementara komen-komen si bapak tersebut adalah komen yang mengajak menyudahi perdebatan yang tidak ada gunanya tersebut. Hahahhahahahhaha Semoga si ibu dokter ini membaca kisah ini.


Terimakasih kepada beberapa teman yang sudah mensupport saya melalui dukungan yang sangat luar biasa hebatnya melalui personal message chatting.

No comments:

Post a Comment