Untuk pertamakalinya saya merasakan dibully dan diolok-olok di sebuah medsos karena hasil pemikiran saya. Alhamdullilah, saya diberi karunia
oleh Allah swt. untuk merasakan bagaimana para selebriti dan pejabat negara tersebut
dibully beramai-ramai di medsos. (:D big smile). Menjadi salah satu proses
pembelajaran dan proses pelatihan untuk saya untuk menapaki langkah hidup saya
selanjutnya. Siapa yang akan tahu dimasa depan nanti, karena semua rencana itu
milik Allah swt. (:D a very big smile).
Kejadian tersebut bermula ketika secara tidak sengaja saya
mengklik berita tentang Presiden Habibi yang mengkomentari tentang tank
Leopard. Link tersebut tidak sengaja saya dapat dari share berita yang muncul
di feed line Facebook saya. Link tersebut adalah: http://news.liputan6.com/read/2028318/habibie-kritik-pembelian-tank-leopard.
Sementara beberapa hari ini, banyak sekali yang sedang membully pak Jokowi
terkait dengan pernyataan beliau saat debat capres dahulu dengan adanya pameran
tank Leopard jalan-jalan di kota Surabaya dan Yogyakarta. Saya kemudian
berpikir untuk membagikannya di wall pribadi Facebook saya, dengan tujuan memberikan
informasi bahwa ternyata pendapat pak Jokowi tersebut didukung oleh salah
seorang mantan presiden Indonesia yang paling genius dan pemegang hak paten
yang cukup banyak. Jadi itu tujuan saya membagi artikel tersebut. Saya sama
sekali tidak bermaksud untuk berdebat mengenai ilmu fisika tentang gaya tekan
vs luas penampang vs daya rusak tekanan vs tank speed vs daya beban tank vs gaya
lurus vs kemampuan daya tembak vs economic value vs military value vs bla bla bla.
Ataukah berdebat tentang tank-tank an, karena ini bukan area of study saya
sejak saya SMA hingga saat ini.
Sebelum share ke wall, saya menulis kata pengantar (kuranglebih
kata pengantar saya (saya sudah menghapus thread tersebut) adalah: “Ada saja
orang-orang yang masih mengolok-olok pak Jokowi dengan pendapatnya mengenai
tank Leopard ini dan bertanya-tanya siapa pembisik pak Jokowi hingga pak Jokowi
mengeluarkan pendapat tentang tank Leopard yang tidak cocok di Indonesia,
TERNYATA , salah seorang pembisik beliau adalah Pak Habibi, mantan presiden
Indonesia yang sangat genius, pemegang hak paten yang sangat banyak, dan jujur.
Satu lagi, menurut saya, ketika ada musuh datang, pastinya musuh itu akan masuk
melalui jalur pantai selatan Jawa, sepanjang pantai selatan NTB dan NTT, utara
Kalimantan, utara Maluku, atau utara Papua. Apalagi sudah terbukti kalau ada
pangkalan militer di Darwin Australia dan Philippine. Sementra infrastuktur di jalur
selatan Jawa, contohlah Tasikmalaya, Indramayu dan Garut masih sangat belum
terbangun dengan baik. Musuh tidak akan masuk dari pantai utara Jawa, di area
yang infrastrukturnya sudah terbangun dengan baik, karena itu namanya bukan menginvasi
tetapi kunjungan persahabatan.”
Tapi entah mengapa kemudian saya mengklik share to group bukan
share to wall saya sendiri, dan entah kenapa kok yang saya pilih adalah sebuah
group yang walaupun saya sudah jadi anggota sejak beberapa bulan lalu, saya
jarang sekali aktif, paling baru sekitar lima atau tujuh kali menuliskan komen
saya atas tiga atau empat threads yang berbeda. Dan komen-komen saya itupun
hanya berlalu laksana angin, tidak ada yang tertarik untuk menanggapi lebih
jauh. Satu lagi, saya waktu itu ingin bergabung dengan group ini karena kisah-kisah
kontroversial yang sering diceritakan oleh teman-teman alumni dari almamater
saya tentang group ini. Bahkan saking tidak aktifnya, sebenarnya saya
meng-off-kan notification dari group ini termasuk unfollow feed. Sementara kalau
untuk group-group yang lain, saya hanya meng-off-kan notification saja. Jadi kalau
mau tahu ada apa, saya langsung masuk ke group ini dan membaca sekilas
isi-isinya. Ketidaksengajaan dan ketidakberpertimbangan saya untuk meng-share
artikel tersebut ke group ini tersebut ternyata berbuah bully bagi saya. Alhamdulillah.
Sesuatu banget deh buat saya, it is such an honour for me.
Sebenarnya setelah memposting artikel beserta pengantar dari
saya tersebut, saya langsung melanjutkan pekerjaan saya dan meninggalkan computer
saya untuk waktu yang cukup lama. Setelah beberapa jam kemudian, ternyata sudah
banyak yang memberi komentar dengan terhubung ke ilmu fisika mengenal gaya
tekan vs luas penampang tersebut. Tapi saya biarkan saja karena memang tujuan
saya membagi artikel bukanlah untuk berdebat tentang hal tersebut. Bahkan
banyak yang memberikan ‘like’ dan ada beberapa yang juga membaginya ke wall
pribadi masing-masing dan dengan pengantar yang menyatakan persetujuannya
dengan pendapat saya. Saya baru memberikan komentar ketika mulai ada yang
justru mengolok-olok pak Habibi, yaitu agar tidak membully pak Habibi. Tetapi
ternyata justru saya yang akhirnya yang dibully beramai-ramai oleh beberapa
orang, dengan komentar-komentar yang mengatakan bahwa “saya yang justru
membully pak Habibi karena sudah berpendapat tentang tank Leopard yang saya
tidak tahu apa-apa tentang tank Leopard, dengan berlindung kepada pak Habibi”.
Pada mulanya, saya akan membiarkan saja komen-komen
tersebut, seperti biasanya untuk mencari jawaban yang rasional dan dengan bahasa
yang terstruktur baik. Tetapi tanpa ba bi bu (hehehhehe kan memang thread
terbuka) ada seseorang yang langsung nimbrung tanpa ba bi bu lagi, langsung
menuliskan komen berturut-turut yang menyerang pribadi saya, bukan lagi
berkomentar tentang isi postingan awal saya, tetap justru menyerang saya secara
pribadi, yang saat itu saya tangkap sebagai serangan karena beliau bermaksud
untuk mengatakan bahwa saya adalah orang yang asal ngomong (saya merasa
dibodoh-bodohkan), tidak paham tentang tank saja berlagak ahli tank, dan saya
justru telah membully pak Habibi karena menjadikan pak Habibi sebagai tameng
saya atas pendapat saya. Apabila kata-kata disampaikan dengan struktur bahasa yang
baik dan tidak slengean, sebagaimana laiknya berkomunikasi dengan orang yang
tidak kita kenal, barangkali tidak akan membuat saya tersinggung. Entah apa
mungkin karena saya sedang sensitive karena PMS (hehhehe) atau memang saya
seperti itu, yaitu saya merasa direndahkan dan saya merasa tdk dihargai oleh
orang yang tdk saya kenal tetapi berkomunikasi dengan saya dengan mempergunakan
stuktur dan gaya bahasa yang slengean. Atau mungkin dia menganggap sedang
berkomunikasi dengan temannya sehingga menggunakan gaya komunikasi slengean
seperti itu. Entah. Yang jelas saya tersinggung. Ketika saya sedang berusaha
mengatur nafas, tiba-tiba datang komennya lagi, dan kemudian diakhir dengan
panggilan oom. Lagi-lagi saya merasa direndahkan dan dihina dengan gaya
slengeannya itu. Sehingga saya mengeluarkan komen “oh pantas kamu tidak sopan ke
saya, ternyata kamu mengira saya oom-oom , apa kamu tidak baca juga nama saya?”
Eh lha dilalah kok ya dia kemudian mengkopi kata-kata saya
tersebut, kemudian membuat thread baru dengan disertai komentar, bahwa
panggilan di depan nama tersebut tidaklah penting dalam dunia virtual, dan
tidak menunjukkan hormat atau tidak hormatnya kita kepada orang lain, hanya
orang-orang yang gila hormat sajalah yang masih menanggap itu penting. Komentar
kmdn ramai dengan komen2 yang lainnya, terutama ditimpali oleh seorang wanita
bernama Jepang dan sepertinya salah seorang yang amat penting di sebuah
departemen pemerintah Indonesia, dengan komentar yang slengean (istilah mereka
adalah koplak) dan si wanita bernama Jepang tersebut memberi saya julukan ahli
tank (J
big smile). Beberapa komen menunjukkan bahwa mereka mempercayai isi thread tsb
bahwa saya hanya seseorang yang gila hormat dan panggilan didepan nama sesuatu
yang penting untuk saya. Mungkin mereka tidak membaca thread saya sebelumnya
sehingga tidak tahu apa yang telah terjadi. Atau mungkin juga gaya bahasa saya
sulit mereka pahami, karena dengan kata-kata saya tersebut berarti sudah jelas
bahwa, saya mengatakan seseorang itu tidak sopan ke saya karena seseorang
tersebut mengira saya adalah oom-oom. Karena biasanya seorang pria akan berlaku
sopan dan bertutur sopan kepada seorang wanita. Amat jarang teman-teman pria
saya yang tidak sopan dan bertutur slengean kepada wanita. Kecuali memang
wanitanya tipe yang slengean pula.
{Memang mereka tidak tahu bahwa saya saat ini bertempat
tinggal di Australia, disini jangankan sesama teman, anak kecil umur 3 tahun
pun akan memanggil saya hanya dengan nama saya saja, tanpa embel-embel apapun.
Saya memanggil professor saya juga hanya dengan namanya saja, tanpa ada
embel-embel pak atau mister atau prof.}
Komen sudah masuk puluhan komen, baru kemudian saya muncul
dengan komen nomer 1. Dan kemudian keesokan harinya baru saya muncul lagi
dengan komen nomer 2 sd 4. Sebenarnya setelah komen nomer 2, si pembuat thread
tersebut bermaksud untuk mengajak lagi saya berdebat, tetapi saya sangat
terburu-buru untuk melanjutkan riset saya di lab (karena minggu depan saya
harus ke New Zealand untuk mempresentasikan hasil riset saya di sebuah
international conference di sana), dan ini jauh lebih penting daripada
menganggapi diskusi yang pasti hanya debat kusir tdk terarah, tidak berguna
untuk saya, dan pasti akan menyerang personal yang saya tidak suka dan hanya
akan membuat saya tersinggung lagi; sehingga saya memilih untuk tidak menganggapinya.
Komen-komen ini saya kopi dari log di timeline saya.
Tapi terlepas dari perdebatan yang tidak ada gunanya dari
dua thread tersebut, thread awal saya yang tentang pak Habibi MAUPUN thread
panggilan di depan nama yang sebenarnya salah paham dengan gaya bertutur saya
sehingga mengambil kesimpulan yang keliru; ada satu komen dari seorang wanita
yang sangat menarik untuk saya dan tidak mudah saya lupakan, setelah saya lihat
profilnya adalah seorang dokter wanita yang sudah berusia di atas saya,.
Setelah komen ke 4 saya tadi, dia menuliskan bahwa saya perempuan galak dan si bapak
pembuat thread dgn tuduhan saya gila hormat tersebut orang yang sabar masih mau
meladeni saya. Hehehhehehe mungkin benar, mungkin bagi beberapa pembaca
mengalami pertukaran identitas antara saya dan si bapak tsb. Sehingga setiap pembaca
membaca komen dari saya maka yang muncul adalah oom-oom yang mengajak berdebat,
membully orang, mengolok-olok orang lain; sementara
komen-komen si bapak tersebut adalah komen yang mengajak menyudahi perdebatan
yang tidak ada gunanya tersebut. Hahahhahahahhaha Semoga si ibu dokter ini
membaca kisah ini.
Terimakasih kepada beberapa teman yang sudah mensupport saya
melalui dukungan yang sangat luar biasa hebatnya melalui personal message
chatting.
No comments:
Post a Comment