Saturday, 5 December 2015

Maaf...

Maaf, bila aku tidak bisa peduli kepadamu sebagaimana seharusnya seorang sahabat, padahal aku tahu dirimu membutuhkan aku.

Maaf, bila aku membiarkanmu sendirian, sementara aku tahu kamu tidak boleh dibiarkan sendiri.

Maaf, bila aku sungguh tidak peduli kepadamu saat ini, dan membiarkan dirimu mengerti semuanya sendirian.

Maaf, bila aku harus menjauhimu saat ini, karena aku hanya peduli dengan keselamatan diriku sendiri.

Maaf, bila aku tidak peduli padamu karena saat ini aku menganggapmu tidak penting untuk masa depanku. 

Maaf, bila hanya pesan untuk hati-hati yang bisa aku sampaikan.

Tapi ingat, kapan pun kamu sudah mengerti, aku akan selalu ada disini dan tidak akan kemana-mana untuk menerimamu kembali menjadi temanku. Kapan pun.  

Tapi maaf, aku tidak akan beranjak dari tempatku saat ini, baik beranjak maju atau mundur, sehingga hanya kamu yang harus beranjak.

Friday, 13 November 2015

Just a life

Sometimes life offers you unpredictable situation. But, sometimes too, nothing is seen from what people have obviously seen. An ordeal time doesn't always mean ordeal run. Painfulness doesn't always mean painfulness. An ability to see what is really happened beyond the life is very much beneficial. Ones you have understood, the door of understanding is just opened for you.

Following your path to pursue your dream is your decision. No one is behind you or above you, all by yourself. Be a nice and lovely person will give you an important patchwork to pursue your dream. Respect for others is not an easy thing, especially when you have many things on your hands. But believe me, ones you have already had respectfullness for others in your heart, the world will be yours.

Tuesday, 10 November 2015

How people love each other

One's love cannot be measured merely by one's actions. Different people have their own unique way to express their feelings. There is no standard in how to love someone, it can only be felt by the heart.

Quote from: Last Day Production....


Monday, 2 November 2015

Terjebak dalam cinta platonik

Hari ini saya akan menuliskan tentang tema yang berbeda dari biasanya, yaitu tema 'cinta'. Hehehehe... sebenarnya terlalu tua untuk saya untuk berbicara mengenai hal ini, tetapi tiba-tiba jadi ingin menulisnya setelah mendengar cerita seorang kawan tentang kisahnya dan juga saya teringat akan status Facebook seorang kawan tentang "berselingkuhlah dengan benar dan bijaksana"

Dan kawan saya bersedia untuk kisahnya ditulis untuk menjadi pelajaran bagi siapa saja yang bisa mengambil hikmah kisah orang lain sebagai pelajaran hidupnya. 


Kawan saya ini, sebut Gayatri, telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Tinggal terpisah kota dari suaminya dan hanya bertemu sesekali. Pada mulanya hal tersebut tidak menjadi masalah, sampai suatu ketika Gayatri harus bekerja sama dengan seorang pria dalam suatu proyek, sebut Dewa. Oh ya, Dewa juga hidup berbeda kota dengan istrinya, karena sang Istri bekerja di kota lain. Kedekatan yang semakin intens, diskusi-diskusi ilimiah pada awalnya, kemudian berkembang menjadi sering makan bersama berdua saja; ternyata kemudian melahirkan rasa yang berbeda. Saling ketergantungan satu sama lain untuk saling bertemu. Rasa kangen yang tidak terperi ketika beberapa hari mereka tidak bertemu dan binar-binar bahagia yang luar biasa indahnya hanya dengan saling bercerita tentang apa saja bahkan terkadang hal-hal yang tidak penting: tentang mangkok berwarna merah yang indah atau tentang pelangi yang meruak indah di cakrawala. 


Gayatri selalu menyatakan bahwa mereka hanya berteman, karena memang hubungan mereka tidak melibatkan kontak fisik diantara mereka berdua. Gayatri juga selalu mengatakan bahwa tidak pernah terbersit dalam benaknya untuk memiliki Dewa sebagai bagian dari hidupnya, dan dia juga selalu mengatakan bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan keluarganya untuk hidup bersama Dewa, karena dia memang tidak punya rasa ingin memiliki Dewa untuk menjadi bagian dari hidupnya. Gayatri selalu mengatakan bahwa dia hanya ingin sekedar menikmati moment bahagia yang masih mungkin ada diantara mereka berdua, menikmati moment-moment saat bahagia meruak dalam hatinya, menikmati moment-moment saat rindu sedemikian hebat hadir dalam hatinya, menikmati moment-moment saat mereka tertawa bersama untuk hal-hal yang sama yang mungkin untuk orang lain hal-hal tersebut tidak lucu, menikmati moment-moment indah saat melihat binar-binar cinta terpancar dari mata Dewa. 


Salahkah Gayatri dan Dewa? Sudahkah kisah mereka berdua selaksa perselingkuhan pria dan wanita seperti yang banyak terkisah? Saya tidak tahu, karena nilai salah dan benar bukankah merupakan sebuah nilai yang universal, bergantung akan persepsi orang per orang yang didasarkan atas pengalaman hidupnya masing-masing. 


Hanya saja, saya akan menempatkan kisah tersebut adalah sebuah kisah tentang cinta platonik. Cinta platonik adalah kisah "pertemanan" antara laki-laki dan perempuan yang melibatkan rasa cinta dan afeksi, tetapi tidak melibatkan hasrat seksual diantara mereka berdua, mereka tidak mempunyai keinginan untuk saling memiliki walaupun cinta mereka besar, mereka tetap saling menghormati dan saling menjaga, saling berbagi perhatian, saling berbagi pendar dan binar bahagia di mata mereka, saling berbagi bahagia saat mereka bertemu. 


Sekali lagi, tidak ada nilai salah dan benar yang menjadi nilai universal. Dan saya tidak berhak untuk menghakimi semua kejadian tersebut, karena rasa adalah sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh orang lain. Sesuai yang absurd tetapi dapat dirasakan hanya oleh orang tersebut. 


Saya tiba-tiba juga teringat kisah Krisdayanti dan Raul Remos, betapa kehebohan tercipta saat mereka ingin keluar dari selubung pernikahan mereka masing-masing dan untuk kemudian mereka menikah. Saya tidak ingin menghakimi mereka berdua, karena saya tidak pernah tahu bagaimana kisah dan rasa yang sesungguhnya ada. Mungkin Krisdayanti berpikir bahwa semua orang berhak untuk bahagia dan berbahagia, sementara Anang bukanlah tempatnya dapat berbahagia. Demikian juga dengan Raul Remos, mungkin Silvalay Noor Athalia bukan pula bahagianya. Sehingga akhirnya Krisdayanti dan Raul memutuskan untuk keluar dari kepompong ketidakbahagiaan mereka masing-masing atas nama cinta, walau ternyata cinta mereka tersebut dibangun diatas semua luka dan perih yang harus ditanggung oleh Azriel, Aurelia dan anak2 Raul dengan Atha. Sebuah pilihan hidup yang tidak mudah diambil, dan butuh keberanian dan kekuatan luar biasa untuk melakukannya, walau dengan bayaran, Krisdayanti harus kehilangan kedua buah hatinya. Walau pun beberapa waktu lalu mereka sudah melakukan rekonsiliasi kedua keluarga, akan tetapi tetap: Krisdayanti sudah kehilangan kedua buah hatinya, terutama Azriel, karena dia tidak akan pernah kembali untuk Krisdayanti. Walaupun demikian, di satu hal, Krisdayanti akhirnya mempunyai bahagia yang nyaris sempurna dengan Raul Remos. So, hidup itu pilihan, apa yang akan kamu peroleh, tergantung jalan yang akan engkau pilih.


Saya juga teringat dengan kisah teman saya yang lainnya. Ketika dia tidak sanggup untuk bertahan di zona cinta platonik karena memang ada garis yang tipis didalam cinta platonik dan memungkinkan orang yang berada disana untuk jatuh dan tergelincir. Dan tergelincirlah dia. Dia yang awalnya hanya ingin mencari bahagia dari yang tidak mampu diberikan oleh suaminya, dan sebenarnya dia selalu ingin kembali ke rumah; akhirnya harus berpisah dengan sang suami dan dua buah hatinya, dan sungguh-sungguh harus kehilangan mereka semua. Dan sekarang, sepi dan sendiri menjadi temannya. Teman tergelincirnya telah pula meninggalkannya sendiri.


Sama dengan kisah Krisdayanti, saya selalu bertanya-tanya sendiri, setimpalkah semua kebahagiaan yang sudah dia peroleh dengan mengatasnamakan cinta vs akibat yang juga dia peroleh yaitu kehilangan suami dan anak-anaknya? Tetapi sekali lagi, hidup itu semua pilihan, tergantung apa yang akan kamu pilih dan apa yang hendak kamu raih. 


Bunda....




Friday, 1 May 2015

Life is just simple

Life is just simple, you only need to follow your path of destiny......


Wednesday, 29 April 2015

Dear Anggun: Indonesia adalah target terbesar di Asia untuk peredaran.

Dearest Anggun C Sasmi,

Anggun, saya memang tidak pernah menjadi penggemar Anggun maupun lagu-lagu Anggun, baik dahulu ketika Anggun masih tinggal di Indonesia maupun sekarang setelah Anggun menetap di Perancis. Tetapi saya cukup tahu Anggun, karena kebetulan rumah orangtua kita berdua di Yogyakarta terletak berdekatan. Jadi mungkin saja, dulu ketika Anggun masih tinggal di Yogyakarta kita seringkali berpapasan, entah di Jalan Sisingamangaraja, dekat rumah orangtua Anggun, maupun mungkin di Malioboro, entah dimana yang pasti di Yogyakarta. Tetapi kemudian entah mengapa Anggun memutuskan untuk meninggalkan kota kita ini, kota yang indah dan penuh dengan kenangan indah bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya. Mungkin Perancis lebih memikat hatimu. Entah, yang pasti Anggun bukan lagi orang Indonesia sekarang, tetapi Anggun sudah menjadi warga Negara Perancis.

Anggun, saya paham, setiap orang pasti mempunyai jiwa nasionalisme dan pembelaan terhadap negaranya masing-masing. Dan dengan pembelaanmu terhadap seorang warga Negara Perancis bernama Serge Atlaoui yang akan dihukum mati di Indonesia, sudah membuktikan betapa tingginya rasa nasionalisme Anggun terhadap negara. Demikian pula, saya sebagai warga Negara Indonesia, saya juga pasti akan membela Indonesia dengan sepenuh hati dan jiwa saya. Saya memang saat ini, sama seperti Anggun, sedang menetap di Negara lain, bedanya, saya tetap warga Negara Indonesia dan dalam waktu dekat akan kembali lagi di Indonesia.   

Saya tidak akan membujuk ataupun mempengaruhi cara berpikir dan pendapat Anggun, tetapi saya hanya akan memberikan informasi, mengapa Sergei dihukum mati oleh Hukum Indonesia. Saya kutipkan berita yang banyak dijumpai di koran-koran online ya, karena mungkin Anggun tidak sempat untuk membacanya, apalagi koran-koran tersebut dalam Bahasa Indonesia, yang pastinya tidak menarik untuk dibaca bagi warga Negara Perancis dan pastinya Bahasa Indonesia sudah sulit untuk dipahami dengan mudah.

Ini saya kutipkan berita dari detik.com, Rabu, 22/04/2015 08:20 WIB:

“Polri mulai mengendus pabrik ini pada akhir 2005 silam. Polri lalu melakukan penggerebekan besar-besaran pada 11 November 2005 dan menyita berton-ton bahan pembuat ekstasi, 148 kilogram sabu, dan sejumlah mesin pembuat ekstasi. Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 4.000 meter persegi itu berkapasitas produksi 100 kilogram ekstasi per minggu. Pabrik ini disebut-sebut sebagai pabrik terbesar ketiga di dunia setelah pabrik di Fiji dan Cina! Dengan satu kilogram ekstasi berisi 10 ribu butir pil yang tiap butirnya laku dijual Rp 100 ribu, maka pabrik ini setiap minggunya memiliki omset Rp 100miliar”. 
(http://news.detik.com/read/2015/04/22/082053/2894471/10/ini-dahsyatnya-pabrik-narkoba-yang-dibangun-wn-prancis-di-serang)


Dan saya kutipkan juga informasi dari wawancara MetroTV, station TV Indonesia yang barangkali juga tidak menarik bagi Anggun untuk melihatnya: “Indonesia adalah target terbesar di Asia untuk peredaran”.  “Karena demand yang begitu besar, keuntungan juga besar, and hukumannya juga ringan”. (https://www.youtube.com/watch?v=EvISfBlj_Fw)

Demikian ya Anggun surat saya pendek saja, karena tujuan saya memang hanya untuk memberikan informasi kepada Anggun mengapa Sergei mendapatkan hukuman mati di Indonesia.

Salam,
Ludmilla


Wednesday, 14 January 2015

Jokowi Memang Politikus Ulung

Jokowi itu politikus yang ulung. Saya salut dan angkat topi akan langkah dan strategi yang ditempuhnya dalam menyikapi sesuatu hal, walau untuk itu seringkali beliau merelakan citra diri di mata rakyat Indonesia. Contohnya adalah dalam penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. Nama BG sendiri sebenarnya sudah pernah diajukan oleh Jokowi ke KPK dan PPTIK sebelumnya sebagai salah satu calon menteri, dan dicoret karena stabilo merah yang diberikan oleh KPK. Jokowi sendiri saat penetapan menteri telah melibatkan KPK dan PPTIK, diduga untuk meruntuhkan desakan dan pemaksaan orang-orang sekitarnya atas orang-orang yang tidak kredibel dan bersih sebagai salah seorang menteri. Oleh karena itulah mengapa kali ini Jokowi tidak membawa BG ke KPK lagi untuk penetapannya sebagai calon Kapolri, karena jejak langkah BG sudah diketahui oleh Jokowi. Apalagi berita tentang rekening gendut para pejabat polisi itu sudah lama beredar. Masyarakat Indonesia pun hampir semuanya tahu, mustahil seorang Presiden Jokowi tidak mengetahuinya.

Sementara di satu pihak lagi, barangkali desakan Jokowi untuk mengajukan BG sebagai Kapolri sangat kuat. Ingat bahwa Jokowi sendiri sebenarnya tidak mendapatkan dukungan yang penuh dari PDIP, walaupun PDIP merupakan partai pengusung Jokowi sebagai presiden. PDIP itu masih sepenuhnya berada dibawah kendali Megawati. Sementara JK juga tidak mendapatkan dukungan dari Golkar, bahkan Golkar justru memilih beroposisi terhadap pemerintahan. Dengan demikian apabila Jokowi menempatkan dirinya head to head dengan PDIP atau bahkan dengan Megawati, maka hilanglah sepenuhnya dukungan dari PDIP yang sebenarnya hingga saat ini masih setengah hati mendukung Jokowi tersebut. Roda pemerintahan akan berat untuk berjalan apabila dukungan dari parlemen tidak ada. Kubu KMP sudah pasti merupakan pihak oposisi pemerintahan, apalagi didukung rumor bahwa adanya agenda KMP untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi di tahun kedua tersebut.

Awalnya saya mengira bahwa Jokowi akan memakai DPR sebagai alat untuk menolak BG sebagai Kapolri. Walau untuk ini ada mungkin ada dua kemungkinan.Satu, DPR akan menolak BG karena walau bagaimanapun KMP masih menjadi mayoritas, dan KMP ingin menunjukkan kepada public tentang komitmen KMP untuk pemberantasan korupsi. Istilah Jawa “nabok njilih tangan” akan terjadi disini. Jokowi meminjam tangan DPR untuk menolak BG sebagai Kapolri. Sehingga dengan kejadian ini, Jokowi tidak perlu berhadapan dengan Megawati maupun PDIP. Dua,KMP menerima BG sebagai Kapolri, dan kalau ini yang terjadi, runtuhlah kewibawaan pemerintah dan polisi di mata masyarakat.
Setelah KPK menetapkan BG sebagai tersangka, saya pun menduga bahwa ternyata scenario ini yang dijalankan. Saya menduga semua kejadian ini adalah scenario hasil kerjasama Jokowi dengan KPK. Barangkali memang seperti inilah rencana, selepas Jokowi menetapkan BG sebagai calon tunggal Kapolri, maka kemudian beberapa hari kemudian KPK menetapkan BG sebagai tersangka. Dengan demikian Jokowi sudah menolak Kapolri hasil desakan dari orang-orang sekitarnya dengan cara tidak dengan tangannya sendiri. Setelah ini dengan pastinya Jokowi akan bermain lebih berani untuk menempatkan orang-orang yang credible, bersih dan capable untuk menjadi orang-orang yang bekerja bersamanya tanpa desakan dan paksaan dari orang-orang sekitarnya lagi.

Dunia politik memang keras, dan kita harus mampu bermain cantik agar menang.

Artikel saya ini juga saya upload di account saya di kompasiana: